Narasi  

Belajar dari Flu Spanyol, “Apakah Covid-19 Buatan Manusia.?”

Sumber:https://www.freepik.com/

BeritaBorneo.id – Saya yakin sebenarnya kita sudah bosan jika membahas kembali persoalan Covid-19 yang hingga hari ini menjadi alasan untuk membatasi ruang gerak kita. Tapi tenang saja, pada artikel ini saya tidak akan membahas mengenai Covid-19, melainkan, saya tertarik untuk belajar dari sejarah, seperti flu burung, virus babi, dll. Covid-19 ini bukanlah yang pertama kalinya. Setidaknya kita bisa belajar dari sejarah, benar atau tidak itu tidaklah penting karena belajar itulah yang lebih penting.

Covid-19 terlalu banyak menimbulkan perpektif, hal ini dikarenakan perbedaan pemahaman, pemikiran dan kepentingan. Oleh karena itulah mengapa banyak sekali perspektif. Namun perpekif itu sayangnya hanyalah obrolan angin yang keluar dan berlalu begitu saja. Dengan demikian dari sinilah pentingnya kita berfikir secara logis agar kita dapat membuat kesmipulan logis mengenai Covid-19 ini sebagai bahan diskusi.

Ada salah satu asumsi atau pendapat yang membuat saya tertarik untuk mencari sumber tertulis seperti buku dan sejenisnya, mengenai keberadaan Covid-19 yang hari ini secara politis dinilai cukup kontroversial terutama pengaruhnya terhadap kebijakan dan sugesti masyarakat. Salah satu hal yang kontroversial itu adalah apakah Covid-19 itu buatan manusia?

Saya juga tidak akan mengatakan bahwa asumsi tersebut benar, namun saya ingin mengajak pembaca untuk belajar dari melihat sejarah virus sebelumnya yang secara politis ada semacam konspirasi di dalamnya. Kita bisa belajar dari sejarah dan benar atau tidaknya itu tidaklah begitu penting karena yang terpenting adalah belajar itu sendiri. Urgensi belajar sejarah sebagaimana dikatakan oleh Filsuf George Santayana bahwa “Orang yang tidak belajar dari masa lalunya dikutuk untuk mengulanginya”, demikianlah kata Santayana.

Belajar dari Flu Spanyol

Baik virus maupun flu yang kita kenal selama ini seperti halnya Covid-19, bukanlah satu-satunya virus yang muncul yang pertama kalinya, kita juga mengenal yang namanya virus babi, flu burung dan virus lainnya, yang secara ilmiah hanya ahli kesehatanlah yang mengetahuinya secara detail.

Namun, mengenai keberadan pandemi virus Covid-19 ini akan berbeda halnya jika kita belajar pandemi serupa yang pernah di alami oleh sejarah umat manusia. Menurut saya ada keterkaitan antara Flu Spanyol dengan Covid-19 ini.

Mengutip perkataan Heinrich Mueller tahun 1948, dalam (Henry Macow, 2015: 191), seorang mantan kepala Gestapo, menceritakan kepada interogasi petugas CIA bahwa wabah paling mematikan adalah buatan manusia. Beliau mengacu kepada pandemi influenza dari 1918-1919, yang menginfeksi 20% dari populasi dunia dan membunuh antara 60 dan 100 juta orang, yang diperkirakan tiga kali lebih banyak daripada yang tewas dan terluka dalam perang dunia dan sebanding dengan kerugian pada Perang Dunia II. Bisa kita bayangkan berapa jumlahnya ?

Mueller mengatakan, bahwa flu tersebut dimulai ketika senjata perang bakteriologis tentara Amerika Serikat yang entah bagaimana menginfeksi tentara AS di Camp Riley, KS pada Maret 1918, dan menyebar ke seluruh dunia. Di AS, sekitar 28% dari populasi Amerika menderita flu ini, dan 500.000 sampai 675.000 meninggal. Di Inggris 200.000 meninggal; di Prancis lebih dari 400.000. Seluruh desa tewas di Alaska dan Afrika Selatan. Di Australia diperkirakan 10.000 orang meninggal dan di Kepulauan Fiji, 14% dari populasi meninggal selama dua minggu, dan di Samoa Barat 22%. Diperkirakan 17 juta meninggal di India, sekitar 5% dari populasi India pada saat itu. Dalam Angkatan Darat India, hampir 22% dari tentara yang terjangkit penyakit itu meninggal.

Flu Spanyol dikenal sebagai “virus pukulan ganda” penyerangan virus inipun memiliki kemiripan dengan Covid-19 yaitu menyerang sistem kekebalan tubuh, sehingga membuat si korban rentan. Seperti dialog Sang Interogator, James Kronthal, CIA Bern Station Chief meminta Mueller untuk menjelaskan “virus pukulan ganda” tersebut. Kemudian Mueller pun menjelaskan: “virus “pukulan ganda” mengacu pada sebuah virus atau benar-benar sepasang dari mereka yang bekerja seperti pesawat tempur. Yang pertama menyerang sistem kekebalan tubuh dan membuat korban rentan, sehingga berakibat fatal. Benda-benda ini dapat mengubah mereka sendiri menjadi sesuatu yang benar-benar mengerikan”.

Pernyataan tersebut dikutip dari sebuah naskah interogasi pada konferensi perang bakteriologis Nazi pada 1944 di Berlin, Jenderal Walter Schreiber, Kepala Medical Corps of Angkatan Darat Jerman, yang mengatakan kepada Mueller, bahwa ia telah menghabiskan waktu dua bulan di Amerika Serikat pada tahun 1927 untuk berunding dengan rekan-rekannya. Mereka mengatakan kepadanya bahwa “yang disebut virus pukulan ganda” (yaitu Flu Spanyol) tersebut dikembangkan dan digunakan selama perang pada tahun 1914. Interogasi tersebut termuat dalam 800 halaman. Memoar 250 halaman. Arsip Mueller yang dimikrofilmkan mencakup 850.000 halaman.

 

Penulis: Suardi

Pegiat Literasi Di Banten