Narasi  

Dongeng Kopi Yang Mengusut

Sumber: Merdeka.com

Beritaborneo.di – Kopi, segelas kopi kupesan, disuatu warkop di Ibu Kota Kalimantan Barat. Warkop yang menyediakan nuansa klasik, dengan penyediaan kopi yang sederhana, bukan barista yang handal di café-café mewah. Tapi penyedia kopi di pasar-pasar tradisional, bahkan penikmat kopi anak-anak muda yang menyukai nuansa klasik 90-an. Siapa yang tak kenal kopi dan nikmatnya. Kopi, bagi penikmat adalah minuman yang menginspirasi, bisa dikatakan sama halnya dengan Wine, Bir atau minuman alkohol yang sejenisnya.

Kopi, memabukan, tapi membuat ketenangan. Ya, biarpun hanya sesaat bahkan tak membuat berlarut lama. Kopi yang dibuat dengan alakadarnya dengan bahan yang sederhana membuat penikmat terus menerus kecanduan. Bahkan, sehari tak minum kopi rasanya ada yang kurang. Kopi yang dijual dengan harga yang bervariasi, paling murah ya goceng, sekitar 5000-an sampai 10.000-an. Dapatnya hanya segelas, tapi obrolannya bisa bertahan 24 jam.

Pernah melakukan hal yang sama? Semua beban terkikis ketika lagi ngopi. Bagi sebagian orang, kopi adalah penghilang kantuk. Bagi sebagian orang lagi, kopi adalah minuman yang menciptkan kreativitas, pikran jernih, jiwa yang tenang, dan masih banyak lagi ungkapan yang indah dari para penikmat.

Kopi, warnanya hitam pekat, ia terbentuk dari alam, tanah yang subur, tangan-tangan yang baik, dipupuk dengan keringat yang baik, dari petani yang berjiwa Ikhlas. Kadang, diperkampuangan setiap rumah akan ada tanaman kopi, biarpun hanya beberapa pohon. Kata ibu umma, “tanam kopi dirumah untuk memenuhi kebutuhan minuman bapak, karena suka minum kopi”. Ibu umma adalah salah satu warga di Dusun Palawija Desa Wajok Hilir. Ia telaten, pukul satu malam sudah harus mempersiapkan diri pergi ke pasar untuk berjualan, suaminya mencari sayur-sayuran, pakis, dan segala macam yang bisa dijual.

Bisa dibilang, suaminya pengepul sayur-sayuran, buah-buahan, dan segala macam yang sejenis.Tapi keluarga itu dari kecil sudah mengenyam pertanian, menyangkul, “mancek” (Bahasa madura Wajok Hilir) atau menanam padi, suami umma setiap pagi diwajibkan minum kopi sebelum berangkat kerja, sepulang kerja dan malam sebelum tidur. Katanya, supaya nggak ngantuk, dan pikiran juga tenang ketika minum kopi. Itu juga sebagian ibadah, ibadah untuk menikmati hasil alam.

Kulanjut menyeduh kopi,  sambil duduk diwarkop, waktu itu hujan deras. Aku duduk dipojok, sembari kulihat, banyak manusia berlalu lalang dibawah hujan. Hujan yang tak pernah permisi ketika turun, dan tak pamit ketika hilang. Tapi, banyak makhluk mensyukuri, bahkan salah satu makhluk itu manusia yang terus menerus ucapin kata Syukur.

Kopiku sisak setengah, tak sadar, setiap beberapa menit jariku diam untuk mengetik, tanganku selalu ingin menyeduh kopi yang mulai dingin. Setiap setelah minum, tanganku mulai menggerakkan jari untuk mengetik, semua isi pikiranku kusalin. Disampingku, kaca. Disebelah bapak-bapak yang juga fokus menghadapkan dirinya berkiblat ke layar laptop. Hujan semakin deras, angin mulai kencang, bapak itu berhenti sesaat, seakan ada yang ditunggu dan sambil melihat keluar, ternyata ia mulai sadar, hujan yang semakin deras, angin yang semakin kencang, memberhentikannya untuk mengetik. Pada akhirnya, ia pergi untuk pindah dari tempat duduk yang Bapak itu rasa nyaman.

Kulanjutkan lagi, dongeng di siang bolong, dari otak yang liar, sehingga mengharuskan untuk melampiaskan pada tulisan ini. Kopi itu, disediakan oleh ibu dan bapak yang berpenampilan sederhana. Dengan warna gelas putih dan bersih, gelas itu sangat kecil. Disediakan dengan sopan, sambil senyum dan mengatakan “silahkan kopinya diminum dek”. Tersentak kubilang, terimakasih, ibu. Kopi itu hanya bisa diminum dalam beberapa kali tegukan. Tapi bukan banyak dan dikitnya yang menjadi tolak ukur, melainkan nikmatnya ketika diseduh. Waktu itu, aku sambil mengetik semua yang tertanam dipikiran. Kubuat sedikit basa-basi di word. Kubuat dengan kata-kata yang membuat orang tak menyukainya, bisa dikatakan tulisan hanya ala kadarnya. Setiap kubuat tulisan, teman terbaik untuk bercinta hanya kopi.

Lanjut kutulis, tentang sekilas sejarah yang ku ketahui tentang kopi, melalui media elektronik dan non-elektronik. Aku bertanya, Apa kalian pernah berpikir dari mana kopi mulai muncul? atau berkenalan dengan kalian (penikmat kopi)? Yang kesehariannya harus menyeduh kopi. Bapak wikipedia memberikan penerangan, sedikit sejarah, mencatat kopi mulai ada sejak abad ke-9. Pertama kali di Ethiopia. Etiopia nama aslinya disebut Republik Demokratik Federal Etiopia, Etiopia berasal dari kata ityop’iya dari bahasa Amhara, yang posisinya di negara Afrika. Etiopia pertama kali membentuk pemerintahan sekitar 980 SM.

Selain bapak wikipedia, bapak William H. Ukers juga tidak kalah hebatnya, menjelaskan dalam bukunya yang berjudul All About Coffe (1992). Sekitar 1600-an, kata “kopi” mulai masuk kedalam bahasa-bahasa Eropa. Kata tersebut, di adopsi dari bahasa arab, yakni “qahwa”. Di arab sendiri istilah “qahwa” tidak ditujukan untuk nama tanaman, tapi merujuk pada nama minuman. Minuman tersebut dibuat dari biji yang diseduh dengan air panas. Ada pendapat lain, mengatakan qahwa awalnya merujuk pada salah satu jenis minuman dari anggur atau Wine.

Bapak William H. Ukers menyebutkan, kata kopi sering dibicarakan dalam Symposium On The Etymology Of The Word Coffe, pada tahun 1909. Dalam kegiatan tersebut secara umum kata kopi mulai di sepakati merujuk pada istilah dalam bahasa arab qahwa, yang mengandung arti “kuat”.

Kopiku mulai menipis, yang pertama banyak, dikit demi dikit mulai semakin tipis, setiap beberapa menit, aku harus meminum kopi yang semakin dingin. Kopi dengan variasi jenis dan rasa, menjadi obrolan yang tranding di era modern. Dari obrolan muda dan mudi, pejabat-pejabat pemerintah, guru-guru, dan semua masyarakat yang hidup di perkotaan dan perkampungan. Media online dan cetak mengambil kesempatan, naikkan rating website perusahaannya dengan ngobrolin kopi.

Di perkampungan, kopi harganya murah, kopi yang mentah (masih kotor/kulit) di hargai pengepul goceng, dari 2000-4000 perkilogram. Petani nanamnya lama, butuh pemupukan, butuha perawatan dan butuh kasih sayang dari keringat yang setiap hari sering jatuh ketanah, mungkin itu yang membuat tanah Indonesia subur, berkah dan pahala dari yang Esa.

Kopi, semakin kesini, kopi semakin  menunjukkan dirinya sebagai tanaman yang berkualitas dan memiliki manfaat yang baik. Masing-masing daerah di Indonesia memamerkan, mempromosikan untuk saling bersaing meningkatkan kualitas rasa dan nikmatnya kopi di lidah. Lagi-lagi kita akan bercinta dengan rasa kopi yang begitu nikmat.

Pernah berpikir? Kopi di indonesia dari mana? Sejarah mencatat, Indonesia dengan julukan sejuta café atau warung kopi, sampai saat ini terus berkembang dan maju. Dimana ada kota, disitu ada café atau warkop. Dimulai sejak tahun 1696 ketika belanda membawa kopi dari Malabar, india ke jawa. Belanda membudidayakan kopi di kedawung,  perkebunan terletak di dekat batavia. Upaya budidaya tersebut gagal, karena gempa dan banjir. Upaya kedua dilakukan belanda, 1699 dengan mendatangkan stek pohon kopi dari malabar.  Upapaya tersebut berhasil, 1706 sampel kopi yang dihasilkan dari Jawa, dikirim ke Belanda, untuk diteliti di kebun raya Amsterdam.

Tragedi 1878 terjadi, hampir seluruh perkebunan kopi di Indonesia, di dataran rendah rusak, terkena penyakit hemiliea vastatrix (karat daun). Jenis kopi yang ditanam kala itu Arabika. Sebagai bentuk penanggulangan, Belanda mendatangkan spesies kopi Liberika, diperkirakan lebih tahan terhadap penyakit HV atau karat daun. Semakin kesini lagi, biarpun Liberika sukses menggantikan Arabika, liberika mengalami hal yang sama, rusak dan terkenan karat daun.  Kemudian, 1907 Belanda menghadirkan spesies lain, yaitu kopi Robusta. Usaha ini pun berhasil, hingga saat ini perkebunan kopi Robusta yang ada di dataran rendah bertahan.

Kopi, terdata di pemerintahan, semenjak 2017- 2021, dilansir dilaman pertanian.go.id, Indonesia memproduksi kopi 717.962765.415 atau -0,47%. Data itu menunjukan hasil yang baik, para tangan-tangan baik melakoni kerjaannya dengan tekun. Data ini mengkalkulasikan hasil dari 34 provinsi yang ada Indonesia. dalam hatiku, merdekalah wahai rakyat yang baik dinegriku. Kalian adalah pengelola alam yang begitu indah, kecil bermarwah, tinggi bermartabat.

Selamat menyeduh kopimu…!!!