Narasi  

Falsafah Orang Bugis Makasar: Sarat Nilai-Nilai Pembelajaran

falsafah-orang-bugis-makasar-serat-nilai-nilai-pembelajaran
Ilustrasi Siri’ Na Pacce (Foto: Tegas.co)

Falsafah Hidup merupakan sebuah prinsip mendasar yang harus dimiliki individu. Tanpa prinsip maka kehidupan orang tersebut ibarat laksana kapal yang terombang ambing ombak ditengah lautan tanpa tujuan yang jelas. Maka dari itu setiap orang tentu harus memiliki pandangan hidup.

Begitu pula suku Bugis-Makasar sudah sangat dikenal sebagai pekerja karas, mereka senang sekali merantau jauh dinegeri seberang untuk mengubah Haluan hidup untuk mencapai kesuksesan sejati.

Dalam memaknai perjalanan hidupnya, orang Bugis-Makasar memiliki falsafah atau prinsip-prinsip sebagai berikut: “Siri’ Na Pacce” sebagai mana yang dikatakan Sultan Hasanudin “Semboyan menjaga hidup bukan membuat yang hidup jadi mati, Hunusan Badik menjaga Perdamaian bukan untuk memecah perdamaian, hingga tercipta kata “Tabe” bukan kata “Mate”.

Dari sekian banyak nilai-nilai budaya Bugis-Makassar yang ada, Siri’ merupakan inti dari kebudayaan Bugis-Makassar. Mattulada (Marzuki, 1995) mengemukakan bahwa siri’ tidak lain dari inti kebudayaan Bugis-Makassar.

Konsep Siri’ dilihat dari dari 3 perspektif:

  1. Siri’ dalam sistem budaya, adalah pranata pertahanan harga diri, kesusilaan dan hukum serta agama sebagai  salah satu nilai utama yang mempengaruhi dan mewarnai alam pikiran, perasaan dan kemauanmanusia.
  2. Siri’ dalam sistem sosial, adalah mendinamisasi keseimbangan eksistensi hubungan individu dan masyarakat  untuk menjaga keseimbangan kekerabatan.
  3. Siri’ dalam sistem kepribadian adalah sebagai perwujudan konkret di dalam akal budi manusia yang menjunjung tinggi kejujuran, keseimbangan untuk menjaga harkat dan martabat manusia.

Dalam masyarakat Bugis-Makassar mempertahankan harga diri sebagai perwujudan dari konsep  siri’ merupakan  suatu kewajiban setiap individu maupun kelompok. Sebab kehilangan harga diri bagi masyarakat Bugis-Makassar identik dengan kehilangan ruhnya sebagai manusia.

Manusia dalam masyarakat Bugis-Makassar hanya dapat dipandang sebagai manusia bila ia memiliki harga diri  sebagai perwujudan dari siri’. Tanpa siri’ manusia tidak ada bedanya dengan binatang. Dengan demikian siri’ merupakan kebutuhan dasar manusia Bugis-Makassar dalam mempertahankan dan meme-lihara harkat dan martabat kemanusiaan.

Perwujudan dari konsep siri’ juga menjadi daya pendorong yang kuat  dalam berprestasi.  Dalam hal ini siri’ berfungsi sebagai motivasi dalam belajar, sedang motivasi belajar merupakan salah satu jalan dalam meningkatkan prestasi belajar.