Muhammad Adib Alfarisi
(Mahasiswa IAIN Pontianak, Fakultas Syariah, Prodi Hukum keluarga Islam)
Beritaborneo.id- Kaum muslimin yang berbahagia. Dalam kesempatan kali ini sebagai seorag yang beriman kepada Allah SWT marilah kita selalu senantiasa memanjatkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT. Shalawat serta salam tercurahkan kepada Nabi Muhammad shalallahu alaihi wassalam beserta sahabatnya dan keluarga semoga kita senantiasa Istiqomah dijalan sunah Rasulullah Saw.
Alhamdulillah marilah kita wujudkan syukur kepada Allah SWT. Dengan menjaga keimanan dan ketakwaan di bulan penuh berkah ini yaitu Ramadhan Kareem.
Kaum muslimin yang berbahagia, Kita semua butuh bekal untuk melatih diri di bulan suci Ramadhan ini bertujuan selalu meningkatkan ketaqwaan bukan bertujuan bersaing di dunia. Yang mana bekal ini lebih kita butuh untuk menuju alam akhirat.
Sebagaimana dari Ibnu ‘Umar radhiyallahu ‘anhuma, ia berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah memegang pundaknya, lalu berkata,
كُنْ فِى الدُّنْيَا كَأَنَّكَ غَرِيبٌ ، أَوْ عَابِرُ سَبِيلٍ
“Hiduplah kalian di dunia seakan-akan seperti orang asing, atau seperti seorang pengembara.”
Ibnu ‘Umar lantas berkata,
إِذَا أَمْسَيْتَ فَلاَ تَنْتَظِرِ الصَّبَاحَ ، وَإِذَا أَصْبَحْتَ فَلاَ تَنْتَظِرِ الْمَسَاءَ ، وَخُذْ مِنْ صِحَّتِكَ لِمَرَضِكَ ، وَمِنْ حَيَاتِكَ لِمَوْتِكَ
“Jika engkau berada di petang hari, janganlah tunggu sampai datang pagi. Jika engkau berada di pagi hari, janganlah tunggu sampai datang petang. Manfaatkanlah waktu sehatmu sebelum datang sakitmu. Manfaatkanlah pula waktu hidupmu sebelum datang matimu.” (HR. Bukhari, no. 6416)
Hadits tersebut mengajarkan bahwa dunia ini bukanlah tempat kita menetap dan bukanlah negeri sesungguhnya. Dari sini seharusnya setiap mukmin berada pada salah satu dari dua keadaan berikut:
1. Hidup seperti orang asing yang tinggal di negeri asing. Yang ia lakukan:
Hatinya tidak bergantung pada dunia. Hatinya bergantung pada kampung sesungguhnya yang nanti ia akan kembali, yaitu negeri akhirat. Mukmin di dunia hanya untuk menyiapkan bekal menuju ke kampung akhirat. Tidak pernah bersaing yaitu antara orang asing tadi dan penduduk asli (penggila dunia). Tidak pernah gelisah ketika ada yang mendapatkan dunia. Itulah orang asing.
Sebagai disampaikan oleh Al-Hasan Al-Bashri berkata,
المؤْمِنُ فِي الدُّنْيَا كَالغَرِيْبِ لاَ يَجْزَع مِنْ ذُلِّهَا ، وَلاَ يُنَافِسُ فِي عِزِّهَا ، لَهُ شَأْنٌ ، وَلِلنَّاسِ شَأْنٌ
“Seorang mukmin di dunia seperti orang asing. Tidak pernah gelisah terhadap orang yang mendapatkan dunia, tidak pernah saling berlomba dengan penggila dunia. Penggila dunia memiliki urusan sendiri, orang asing yang ingin kembali ke kampung akhirat punya urusan sendiri.” (Jami’ Al-‘Ulum wa Al-Hikam, 2: 379)
Kemudian yang kedua bahwa Hidup seperti seorang musafir atau pengembara yang tidak punya niatan untuk menetap sama sekali. Orang seperti hanya ingin terus menelusuri jalan hingga sampai pada ujung akhirnya, yaitu kematian. Yang mana ia lakukan terus mencari bekal untuk safarnya supaya bisa sampai di ujung perjalanan.
Tidak punya keinginan untuk memperbanyak kesenangan dunia karena ingin sibuk terus menambah bekal.
Kaum muslimin yang dimuliakan oleh Allah SWT.
Nikmat terbesar yang Allah SWT. Karuniakan kepada kita sekarang ini adalah nikmat umur. Karena dapat nikmat inilah, kita masih dapat berbuat banyak. Kita masih memperbaiki diri dan mempersiapkan bekal untuk akhirat kita. Dan, kita masih mendapat kesempatan untuk bertaubat dan apalagi ini masih di bulan suci Ramadhan. Oleh karena itu, segeralah bertaubat kepada Allah SWT, memperbanyak Istiqfar kepada-Nya dan beramal shalil.
Allah berfirman:
وَسَارِعُوٓا۟ إِلَىٰ مَغْفِرَةٍ مِّن رَّبِّكُمْ وَجَنَّةٍ عَرْضُهَا ٱلسَّمَٰوَٰتُ وَٱلْأَرْضُ أُعِدَّتْ لِلْمُتَّقِينَ
Artinya : Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa. (QS. Ali Imran [3] : 133).
Maka demikian yang disampaikan semoga bermanfaat untuk diri kita pribadi dan umumnya umat muslim. Semoga ini menjadi renungan dan membukakan kembali mata hati dan kesadaran kita sebelum semuanya terlambat dan sebelum kematian menjemput kita. Dan ini merupakan bulan suci Ramadhan untuk kita bersama-sama mendekati diri kepada Allah SWT selalu bermuhasabah dan meningkatkan ketaqwaan kepada-Nya. Semoga Allah memberikan kekuatan lahir dan bati kepada kita, untuk menjadi hamba-Nya yang bertaqwa. Aamiin.
Syukron, Jazakallahu Khairan Katsiira
Referensi:
Jami’ Al-‘Ulum wa Al-Hikam. Cetakan kesepuluh, tahun 1432 H. Ibnu Rajab Al-Hambali. Tahqiq: Syaikh Syu’aib Al-Arnauth dan Ibrahim Yajis. Penerbit Muassasah Ar-Risalah.