Beritaborneo.id – Memanggil teman untuk bermain lompat karet, “Tina, maen yeye, yok?”, Tina:“Sapaan seamain”. Artinya, tina, main lompat karet yok, dan tina pun menjawab dengan pertanyaan, siapa saja yang main? Kira-kira seperti itulah cara anak-anak Madura mengajak teman bermain. Ini lumrah dilakukan oleh kalangan anak-anak diwaktu sore hari. Hal ini juga harus dilakukan terus menerus, jika pun pembaca yang budiman ingin melakukan perawatan permainan tradisional agar terus menjadi budaya khas Indonesia.
Sebenarnya, siapapun boleh bermain, atau suku apapun juga berhak memainkannya, hanya saja disini penulis membawa ciri khas suku, yakni madura. Permainan ini menjadi karakteristik bangsa Indonesia, jika diluar sana atau negara lain melakukan permainan yang modern, mungkin ini kelebihan bangsa Indonesia, yakni negara seribu budaya atau sejuta budaya.
Dalam bahasa madura, permainan lompat karet disebut “yeye”, penyebutan ini diartikan yakni kebahagiaan atau kesenangan, atau lebih mudahnya seorang anak yang diberikan oleh-oleh atau diberikan mainan oleh orang tua dan anak tersebut akan melompat-lompat sambil mengatakan (bahasa madura) “yeye, engko’ andik maenan baru” : hore, aku punya mainan baru.
Dalam kurun waktu yang sudah cukup lama, sekitar 2007-an sampai kesini permainan ini sudah mengalami degradasi atau kemungkinan akan hilang. Jika anak-anak dulu bermain lompat karet ini diwaktu sore, saat ini diwaktu sore anak-anak mekap dikamar, mekap dirumah, mekap di café, mekap dan mekap. “Adit, jangan main tanah, ya, ntar kotor semua, main hp/nonton tv/main ps/dirumah saja” atau “cong, cek amaen ebebe, yeh, dekki kotor kappi, amaen eyattas pein, maen hp atau nonton tipi pein”, yang artinya, nak, jangan main dibawah,ya, ntar kotor semua, lebih baik main hp saja atau main ps saja atau nonton televisi saja.
Contents
Sebagai Orang Dewasa
Terlalu rumit ngomongin kedewasaan. Tradisi berpikir orang Indonesia selalu akan menuntut bahwa dewasa harus ditentukan oleh usia, jika masih usia 20 kebawah, anggap saja masih sangat labil, sangat anak-anak, sangat dan sangat selalu menuntut dewasa berpatok pada usia. Ya, biarpun secara kenegaraan memang sudah ada patokannya untuk usia dewasa, remaja, tua, dll. Apalagi, sampai bilang “saya sudah lebih dulu makan asinnya garam” , yang akan menunjukkan bahwa kamu masih labil, dan saya sudah lebih tua dahulu, jadi jangan anggap saya sebagai anak-anak dan berpikir labil.
Penulis ingin menyampaikan seperti ini. Sebagai orang dewasa atau orang tua, seharusnya mendukung anak-anak untuk keluar dari rumah, bermain, berjalan, dan tidak bisa kita berpikir bahwa seorang anak-anak harus dimekapkan dikamar atau dirumah terus menerus.
Ini bukan soal kaya uang atau miskin uang (kaya atau miskin: materil), tetapi ini soal kemandirian berpikir dan mental seorang anak. Jika anak-anak tidak memiliki kebagahagiaan diwaktu kecil, justru ketika dewasa anak akan mengalami flasback. Ini akan terjadi dan merusak kebahagiaannya yang menganggap bahwa kehidupan tidak adillah, tidak enaklah, tidak dan tidak mulu, atau sebut saja stress karena tuntut lingkungan yang menuntut hidup untuk menumpukkan materil, sampai lupa kebahagiaan pribadi, sampai hasilnya kemungkinan pragmatis.
Anak bukanlah robot atau alat, melainkan seorang anak adalah regenerasi dimasa depan yang mau tak mau harus membuat perubahan pada daerah atau negaranya. Jangan sampai suatu waktu anak ingin pergi sendirian keluar rumah, justru akan mengalami ketakutan bahkan kekhawatiran mendalam sehingga rasa takut terus menerus menempel pada pikirannya dan pada akhirnya, mental hidup mandiri tidak bisa.
Alat Yang Dibuat Untuk “Yeye”
Yeye, terbuat dari karet yang disatukan atau disambungkan dengan melipat dan disambungkan satu persatu (di anyam atau nganyam), sehingga menjadi Panjang. Agar tidak cepat putus, kadang anak-anak akan “merampe” (bahasa madura) yang artinya menggabungkan dua karet menjadi satu dan disambungkan satu persatu.
Sistem Permainan “Yeye”
Permianan Yeye tidak rumit, kok. Tidak seperti kerumitan sistem hukum di negara ini. Eh, keceplosan. Lanjut ya, jika pembaca yang budiman pernah mengalami masa lalu bermain yeye, pasti sudah pada tahu, bukan. Permainan ini secara tekhnis sedikit sama dengan olahraga plyometric. Bedanya, tali dalam permainan ini dipegang oleh anak yang lain, dan bukan satu orang. Kalau plyometric ini hanya dilakukan oleh satu orang saja.
Cara bermain yeye, yakni setiap sudut di pegang oleh anak yang lain, dan diputar-putar, sedangkan anak yang telah mendapatkan lidi paling pendek akan main terlebih dulu, yakni dengan cara melompat-lompat. Jika mengenai karet tadi, makan akan disebut mati. Dan selanjutnya akan dilakukan oleh tim atau kelompok yang lain, dan ini akan berurutan sesuai dengan urutan lidi yang dicabut tadi.
Permainan ini, ada dua sistem, yakni sistem tunggal dan sistem ganda.
- Sistem tunggal dimainkan oleh sekitar 3 orang, yang dimulai dengan cara membaca mantra hompimpa atau cabut lidi yang dipotong menjadi 3, sesuai dengan kapasitas anak-anak yang bermain. Lidi tersebut dipotong menjadi tiga bagian, mulai dari yang paling Panjang, standar dan paling pendek. Siapa yang mencabut paling pendek, maka dia yang akan main dulu sedangkan yang megang setiap sudut yakni pencabut lidi Panjang dan standar. Dan ini dilakukan secara bergantian yang dimulai dari yang pendek, standar dan Panjang, begitu seterusnya.
- Sistem ganda, dimainkan lebih dari 3 orang anak. Ini dimainkan dengan berteman atau berkawan, dengan membentuk kelompok, jika ada 6 orang, maka akan dibentuk menjadi 3 kelompok dan masing-masing kelompok dua orang. Begitu seterusnya. Untuk memulainya, tetap sama, yakni bisa membaca mantra hompimpa atau cabut lidi.
Manfaat Bermain Yeye
1. Meningkatkan Keseimbang
Main yeye, sudah harus menjaga keseimbangan. Keseimbangan, yakni bagaimana caranya ketika anak melompat dan tidak kenak pada karet yang sedang diputar. Sama halnya dengan olahraga plyometric, yang membuat beda yakni setiap sudut dipegang oleh anak-anak yang lain dan diputar-putar. Keseimbangan ini akan dilakukan oleh anak, apalagi pada saat sambil lompat dan berpikir bagaimana caranya agar kaki tidak mengenai karet yang sedang diputar. Kebayang, bukan, sambil melompat dan berpikir keras agar tidak mengenai karet.
Kita aja sebagai orang yang mengakui diri sebagai orang tua belum tentu bisa, apalagi seseorang yang hanya hidup dalam kenyamanan harta yang tinggal meraup untung dari orang tua. Heheh, sorry, penulis nyinder sedikit. Semoga tidak merasa dan sadar diri.
2. Meningkatkan Kekompakan
Gimana nggak dituntut kompak, wong ini bermain ganda. Sudah pasti, dalam permainan tradisional ini akan diharuskan untuk kompak dalam tim. Apalagi ada beberapa lompatan yang mengharuskan semua anak dalam satu tim lompat bareng dengan waktu kurang lebih 5-8 menit untuk menyelesaikan permainan tersebut.
3. Meningkatkan Kesehatan Tubuh
Lompat karet ini sangat bermanfaat untuk kesehatan. Anak-anak jika sering melakukan permainan ini akan membuat badan sehat, dari mulai kaki, tubuh, tangan dan seluruh bagian badan. Ini di karenakan pada saat melakukan permainan ini akan seluruh badan bergerak. Coba deh rasakan, kamu bermain lompat karet dan kamu mekap di kamar seharian. Apa yang bakalan kamu rasakan? Sama hal nya jika anak hanya disuruh diam dirumah. Orang tua yang memiliki pola berpikir yang baik, maka akan menyuruh anaknya bermain, ya seendaknya dengan jadwal yang baik pula. Ini dikarenakan bahaya juga jika itu tidak di dukung oleh orang tua dan lingkungan.
4. Tidak Memilih Dan Memilah Jenis Kelamin
Permainan yeye sudah tentu tidak mengenal jenis kelamin untuk bermain Bersama. Dia akan melebur dalam satu tim, laki-laki dan perempuan. Sehingga ini juga bisa membentuk toleransi antar perempuan dan laki-laki, selain itu tidak ada pembagian peran secara khusus, tetapi semua kegiatan dalam permaianan yeye bisa dilakukan oleh laki-laki dan perempuan.