Di tengah riuhnya kemajuan zaman dan teknologi, keberadaan senioritas di lingkungan kampus masih tetap hadir. Sistem senioritas, meskipun bisa dianggap sebagai bagian dari tradisi dan hubungan sosial, telah memancing perdebatan apakah hal ini berpotensi memunculkan feodalisme dalam dunia pendidikan tinggi. Feodalisme, yang mengacu pada struktur hierarki yang kuat dan ketergantungan mutlak pada penguasa, tampaknya menemukan celahnya melalui praktik senioritas ini.
Senioritas, dalam sebagian besar situasi, bertujuan untuk mendukung penyesuaian mahasiswa baru terhadap lingkungan kampus yang baru. Namun, kerap kali implementasinya mengarah pada dominasi dan perlakuan yang tidak adil terhadap mahasiswa baru oleh sesama mahasiswa yang memiliki senioritas lebih tinggi. Hal ini dapat mencakup tuntutan yang tidak masuk akal, penghinaan, dan tindakan intimidasi yang berpotensi merusak kesejahteraan mental dan emosional mahasiswa baru.
Namun, yang lebih mengkhawatirkan adalah bagaimana senioritas dapat menjadi pintu masuk bagi praktik-praktik feodalisme di dunia kampus. Terlepas dari semangat pembaharuan dan kesetaraan yang dijunjung tinggi, beberapa lembaga pendidikan tinggi tampaknya tetap berpegang pada sistem yang memuluskan jalan bagi ketidaksetaraan dan eksploitasi. Ketika mahasiswa lebih senior memiliki kekuasaan mutlak atas mahasiswa baru, kesempatan untuk tumbuh dan berkembang secara akademis dan sosial dapat terbatas.
Faktanya, sistem senioritas dalam kampus bisa merusak potensi mahasiswa untuk berpikir kritis dan mandiri. Alih-alih mendorong pertumbuhan intelektual, hal ini bisa mendorong mahasiswa baru untuk tunduk pada otoritas senior tanpa mempertanyakan atau mencari pemahaman yang lebih mendalam. Ini tentu saja bertentangan dengan tujuan sejati pendidikan, yang seharusnya mendorong eksplorasi pengetahuan dan pembangunan keterampilan analitis.
Penting untuk mencatat bahwa tidak semua praktik senioritas adalah negatif atau merugikan. Banyak lembaga telah mengadopsi sistem senioritas yang sehat, di mana senior berperan sebagai mentor dan pembimbing bagi mahasiswa baru, membantu mereka mengatasi tantangan akademis dan sosial. Ini adalah contoh positif bagaimana senioritas bisa memberi manfaat tanpa merembes ke dalam area feodalisme.
Debat tentang senioritas dalam kampus dan potensinya sebagai pintu masuk feodalisme menggambarkan konflik antara tradisi dan perubahan, serta antara kesetaraan dan hierarki. Penting bagi lembaga pendidikan tinggi untuk merefleksikan nilai-nilai yang mereka anut dan mengukur dampak dari sistem senioritas yang diterapkan. Tujuan utama haruslah mempromosikan lingkungan inklusif, merangsang pemikiran kritis, dan memberi kesempatan bagi semua mahasiswa untuk berkembang tanpa batasan yang tak perlu.