BeritaBorneo.id – Pembelajaran pada Mahasisswa bisa disebut sebagai pembelajaran orang dewasa. Orang dewasa secara relatif diasumsikan telah memilih banyak informasi, pengetahuan dan keterampilan maupun pengetahuan nilai-nilai yang diperoleh lewat proses pembelajaran formal sekolah-universitas, proses pembelajaran nonformal seperti kursus, pelatihan dan proses pembelajaran informal lewat interaksi sosial di masyarakat. Jadi pembelajaran orang bagi mahasiswa bisa dimana saja, kapan saja dan dengan siapa saja.
Pembelajaran orang dewasa harus dilakukan secara dialogis, komunikasi dua arah. Sebagaimana dikatakan oleh Paulo Freire dalam bukunya Pendidikan Kaum Tertindas “guru dan murid sama-sama menjadi subyek dalam pembelajaran.” Pembelajaran orang dewasa perlu kontekstual dan aplikatif sesuai situasi dan kondisi hidup yang kita hadapi sekarang dan apa yang dipelajari mesti dapat diterapkan.
Pembelajaran orang dewasa harus melibatkan mereka, menyentuh motivasi mereka, menghargai mereka, memperlakukan mereka sebagai subyek dan seterusnya. Selama ini budaya belajar kita di sekolah bahkan di kampus masih memposisikan murid sebagai objek dalam pembelajaran. Untuk siswa di sekolah mungkin sah-sah saja, tapi tidak dengan mahasiwa.
Mahasiswa harus sama-sama menjadi subyek dalam pembelajaran untuk menciptakan situasi belajar yang dinamis. Bukan sekedar objek yang secara terus menerus dijejali tugas oleh dosen.
Oleh karena itu dalam pembelajaran terdapat beberapa hal yang harus kita semua ketahui dan pelajari, terutama mengenai terapi pola pikir yang menurut Andreas Harefa dalam bukunya berjudul Mindset Therapy menyatakan ada tiga hal yaitu learn, unlearn dan relearn. Ini adalah terapi mindset, yang yang tentu wajib dipahami bagi seorang pegiat atau praktisi pendidikan.
Learn
Kata learn lebih tepatnya digunakan dalam proses pembelajaran anak-anak. Proses mendapatkan, memperoleh, mengumpulkan informasi, pengetahuan dan keterampilan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai hidup yang reltif baru. Maka itulah yang dinamakan learn. Leran lebih tepatnya sebuah pembelajaran yang diterapkan di sekolah ketika SD, SMP dan SMA/SMK. Ketika di sekolah anak-anak membentuk pola pikirnya, mengasah keterampilannya, menemukan dan menumbuhkan nilai-nilai serta sikap hidup dalam dirinya.
Lalu! apakah orang dewasa sudah tidak membutuhkan learn,? Tentu saja tidak. Orang dewasa masih harus terus belajar namun pembelajaran orang dewasa tidak lagi sekedar bermakna learn, tidak lagi sekedar mendapatkan, memperoleh, dan mengumpulkan. Tetapi, pembelajaran orang dewasa lebih kepada menumbuhkan pola pikir kritis terhadap pengetahuan atau informasi yang ia dapatkannya. Baik pengetahuan yang ia dapatkan ketika sekolah maupun informasi-informasi baru, dari buku, sosial media, ataupun sumber lainnya. Kata kuncinya adalah pembelajaran mahasiswa tolak ukur mindset nya adalah berfikir kritis.
Berfiki kritis dapat dilakukan dengan meragukan segala sesuatu, ini adalah jalan pola pikir pendidikan bagi mahasiwa untuk untuk memperoleh kebenaran.
Unlearn
Unlearn adalah meninggalkan, melepaskan, mencopot atau membuang pelajaran-pelajaran yang tidak benar, tidak baik, tidak berguna, tidak mendatangkan manfaat. Manusia tidak ada yang sempurna, maka dari itu kita perlu belajar dari orang lain. Orang lain itu bisa guru, sahabat, teman ataupun yang lainnya. Ketika kita sekolah, barangkali tidak semua pengetahuan yang kita dapatkan benar semua, namun karena pola pikir kita masih lernaing maka kita membenarkan apapun yang dikatakan oleh guru kita.
Nah pada tataran ini, mahasiswa harus mampu mengenali pengetahuannya yang selama ia dapatkan baik di sekolah maupun pengalaman diluar sekolah. Disinilah terjadi apa yang dinamakan unlearn yang artinya meninggalkan kebiasaan lama yang tidak sehat, atau mengkritisi sebuah pengetahuan awal yang kita dapatkan. Jadi unlearn dapat diartikan kembali yaitu dekonstruksi dari kontruksi yang telah dibentuk lewat proses_learning_sebelumnya, yakni dengan meninggalkan-melepaskan-mencopot-membuang-membongkar apa yang sudah ada atau dipelajari.
Sederhananya, unlearn adalah proses mengkritisi pengetahuan, informasi atau keterampilan sebelumnya. Seorang mahasiswa setidaknya harus membuang kebiasaan-kebiasan buruk, merawat kebiasaan lama yang baik, sehingga bisa merencanakan kebiasaan baik dimasa depan.
Relearn
Relearn artinya memperbaiki pengetahuan yang salah, meningkatkan keterampilan yang kurang, meluruskan pemahaman yang keliru, dan mengadiopsi nilai-nilai baru yang lebih dekat dengan kebenaran dan seterusnya. Secara sederhana, dapat dikatakan bahwa Relearn adalah proses rekonstruksi, mengenai apa yang tadi sudah di Unlearn (dekonstruksi). Kegiatan ini dari relearning adalah memperbaiki dari yang kurang baik menjadi lebih baik, dari yang kurang lurus diluruskan. Dan ini tentu berlangsung sepanjang hayat.
Kesimpulan
Belajar tidak bisa dipahami sekedar kegiatan mendapatkan, mengumpulkan, dan memperoleh informasi atau pengetahuan (learning) tetapi juga meninggalkan, melepaskan apa-apa yang sudah dipelajari (unlearn) kemudian memperbaiki atau meluruskan apa yang sudah dipelajari (Relearn). Mindset berfikir ini sepertinya bisa disimpulkan juga dalam proses kegiatan berfikir yaitu tesis (pernyataan), antitesis (penolakan) dan sintesis (kesimpulan).
Selain itu dalam pembelajaran mahasiwa juga sangat perlunya dialog agar terciptanya kegiatan proses berfikir dalam pemecahan persoalan. Kata dialog berarti kegiatan pembelajaran dilakukan dua arah, yang dimana guru dan murid menjadi subjek dalam proses pembelajaran atau analoginya pembelajaran pada mahasiswa bukan seperti burung yang memberi makan anak-anaknya.
Tulisan ini memang tidak ori dan saya mengutipnya dari seorang penulis profesional yakni Andreas Harefa. Semoga mahasiswa mampu memahami konsep belajar seperti ini dan bisa di implementasikan dalam kegiatan belajarnya.
Referensi;
Harefa Andreas, 2010. Mindset Therapy. PT. Gramedia, Anggota IKAPI, Jakarta.
Freire Paulo, 2008. Pendidikan Kaum Tertindas, terj:tim redaksi Jakarta: LP3ES
Penulis: Suardi