BeritaBorneo.id – Berkat ketegangan yang memukau, prekuel lama dinanti “The Hunger Games: The Ballad of Songbirds & Snakes” akan memanjakan penggemar pada 17 November 2023. Diarahkan oleh Lionsgate, film ini membuka tirai kehidupan muda Presiden Coriolanus Snow, yang diperankan dengan brilian oleh Tom Blyth.
Dengan latar 64 tahun sebelum peristiwa “Hunger Games” pertama, kita menyaksikan Snow, pada usia 18 tahun, berperan sebagai mentor untuk Lucy Gray Baird, peserta Distrik 12 yang miskin. Meski awalnya skeptis, Snow terpesona oleh bakat dan kecerdasan Lucy Gray.
Dalam persiapan menuju Hunger Games ke-10, Snow dan Lucy Gray merajut cerita ambisi, cinta, dan pengkhianatan. Film ini menghadirkan momen epik saat Snow, yang semula berjiwa kompetitif, berjuang di antara ambisi, perlindungan terhadap Lucy Gray, dan rasa ingin menang.
Meskipun tanpa kehadiran ikonik Katniss Everdeen, “The Ballad of Songbirds & Snakes” menawarkan pandangan baru ke dalam kompleksitas karakter Snow. Diperankan oleh Rachel Zegler, Lucy Gray membawa warna baru ke dunia yang telah memikat penonton selama satu dekade.
Dengan sinopsis yang melibatkan persiapan intens dan persaingan sengit, film ini menjanjikan pengalaman menggigit kuku yang mengupas lapisan ambisi dan intrik di balik permainan mematikan Hunger Games. Jangan lewatkan kisah menggairahkan ini yang mengukir jejak menuju kekuasaan tanpa ampun.
Sinopsis: “The Hunger Games: The Ballad of Songbirds & Snakes”
Dalam “The Hunger Games: The Ballad of Songbirds & Snakes,” kita dibawa kembali ke masa lalu yang menggelap sebelum kejayaan Panem. Kisah dimulai puluhan tahun sebelum Coriolanus Snow menjadi presiden, ketika dia masih remaja ambisius berusia 18 tahun dari keluarga Snow yang terhormat.
Dengan harapan melanjutkan warisan keluarganya, Snow menginginkan peran sebagai mentor di Hunger Games ke-10. Namun, takdir mempertemukannya dengan Lucy Gray Baird, seorang gadis muda dari Distrik 12 yang miskin. Awalnya, Snow yang berjiwa kompetitif tidak menyukainya, tetapi dia mulai melihat potensi besar dalam bakat dan kecerdasan Lucy Gray.
Ketika keduanya bersatu untuk mempersiapkan Hunger Games, perjalanan mereka penuh tantangan. Snow harus menghadapi persaingan sengit dan intrik dari mentor serta peserta lainnya. Di tengah persiapan, perasaan cinta mulai tumbuh di antara Snow dan Lucy Gray, membingungkan Snow yang ambisius.
Film ini menyuguhkan kisah yang sarat dengan ambisi, cinta, dan pengkhianatan. Seiring plot yang berkembang, penonton akan dibawa menyelami kompleksitas karakter Coriolanus Snow, memberikan wawasan baru tentang perjalanan menuju kekuasaan yang kejam dan haus akan kontrol. “The Ballad of Songbirds & Snakes” adalah perjalanan emosional yang membuka tirai rahasia di balik salah satu tokoh paling kontroversial dalam dunia “Hunger Games.”
Skor Rotten Tomatoes The Hunger Games: The Ballad of Songbirds dan Snakes
Mendekati penayangan The Hunger Games: The Ballad of Songbirds and Snakes, Rotten Tomatoes memperlihatkan skor kritis film ini sebesar 67%, sebuah pencapaian yang menciptakan catatan kurang memuaskan bagi franchise yang populer ini.
Dengan hanya 46 ulasan yang diperhitungkan, skor tersebut mungkin mengalami fluktuasi, namun, hingga saat ini, film ini memegang rekor sebagai yang terendah dalam deretan The Hunger Games, melampaui angka 70% yang telah dicapai oleh The Hunger Games: Mockingjay, Part 1 dan The Hunger Games: Mockingjay, Bagian 2.
Perbedaan tanggapan terhadap The Ballad of Songbirds and Snakes menjadi sorotan utama, dengan skor 67% menunjukkan ulasan yang sebagian besar positif, tetapi masih jauh dari penerimaan yang diharapkan.
Pujian diberikan pada penampilan pemeran, khususnya Rachel Zegler sebagai Lucy, yang dinilai memberikan kinerja yang mengesankan. Meskipun begitu, dinamika antara karakter Lucy dan Coriolanus menuai kritik, dengan beberapa menganggapnya kurang dieksplorasi.
IGN menggarisbawahi bahwa film ini “tidak memiliki cukup waktu” untuk membangun interaksi emosional dan manipulasi yang membentuk hubungan antara Coriolanus dan Lucy Gray. Sebaliknya, Peter Debruge dari Variety menyoroti kelebihan waktu film, menyebutnya “setengah jam terlalu lama,” memberikan indikasi mungkin ada kelemahan dalam struktur atau tempo.
Dengan penonton umum belum memberikan pandangan mereka, keberhasilan film ini masih menjadi tanda tanya besar. Pada akhirnya, apakah The Ballad of Songbirds and Snakes dapat melampaui batasan kritik atau tidak, akan sangat bergantung pada respon dan tanggapan penonton yang akan menjadi penentu utama kesuksesan film ini.