Beritaborneo.id – Belale’an, sebagian besar akan sangat asing ditelinga masyarakat umum, tak terkecuali Suku Madura pada umumnya.
Suku Madura di Desa Wajok Hilir mengartikan kata “belale’an” yakni gotong royong atau “keroyo’an” pada saat bekerja, yang dilakukan pada saat berladang, seperti menanam padi, tanam semangka, panen padi, dan beberapa hal kegiatan yang berkenaan dengan pertanian atau perkebunan.
Belale’an merupakan pekerjaan yang tidak di bayar dengan uang, atau digaji “ngopa”. Pekerjaan ini dilakukan dengan permintaan tuan rumah, atau keluarga yang mau menanam padi dan mengajak sanak saudara atau keluarga atau tetangga satu kampung.
Sedangkan untuk konsumsinya disedikan oleh tuan rumah atau keluarga yang mau mengambil “belale’an” kepada keluarga atau tetangga yang mau membantunya. Konsumsi yang disediakan pun sederhana dan bebas, seperti kolak “kolek” kacang hijau, gorengan, nasi dan lauk ikan asin, telur, ataupun beberapa makanan yang disediakan alakadarnya dan dengan nikmat tentunya.
Waktu kerja
Waktu kerja seperti pada umumnya, yakni turun dari rumah pukul 06:00 pagi dan pulang pukul 10:00. Tidak ada tekanan dan paksaan dari siapapun, ini tradisi yang sudah dilakukan dari dulu sampai saat ini.
Sudah sangat lama kebiasaan baik “belale’an” ini dilakukan, tidak tahu dari tahun berapa maupun dari abad keberapa. Tapi, ini hanya sedikit wejangan saja, mempublikasikan tradisi baik ini kedalam dunia masyarakat umum.
Dusun Palawija, dihidupi dan di diami oleh mayoritas suku madura, bisa dibilang homogen banget. Tapi, diluar itu masyarakat Suku Madura disana bukan tidak toleran, hanya saja tradisi yang unik salah satunya yakni kehidupan mengelompok sesama keluarga, seperti sepupu “sepopoh” , ponakan “penakan”, saudara sedarah “tretan” dan lain sebagainya yang berkaitan dengan suku madura.
Even “belale’an” ini tidak sembarangan ada setiap hari, juga tidak pula menunggu setahun sekali untuk menemukan tradisi ini. Tradisi ini hanya aka ada pada momentum dan waktu tertentu, seperti musim tanam padi, musim tanam semangka, atau musim tanam keladi.
Secara sepesifikasi kegiatannya, yakni ketika memanen padi atau “ngetam”, menanam padi “nogel”, menanam semangka “nyangkol”.
Sistem kerja dalam “belale’an” ada pembagiannya. Pembagian kerja dilakukan menurut kesepakatan bersama antar satu dengan yang lain atau lebih tepatnya kesepakatan yang dilakukan oleh siapa saja yang ada ditempat atau diladang tersebut.
Apakah itu tidak menghabiskan waktu? Tentu tidak. Kesepakatan tersebut ditentukan dari usia dan juga kemauan langsung dari masing-masing orang, tanpa melihat jenis kelamin. Tetapi, kalau usia yang menjadi alasan atau tolak ukur, itu sudah pasti.
Kenapa bisa begitu? Suku Madura dengan gaya simpelnya dan gaya nurutnya terhadap menghargai dangan menghormati terhadap yang paling tua atau dianggap petuah itu dilakukan di setiap aktivitas apapun.
Kadang kala, ada keluarga yang sudah memiliki usia sudah tua tetapi tetap saja ingin ikut kerja. Hal ini sudah pasti dilakukan pembagian kerja dengan tolak ukur usia yang menjadi patokan.
Belale’an kata lain dari definisi Bhineka Tunggal Ika. Dari tradisi belale’an tingkat toleransi dan menghargai perbedaan pendapat dan berbagai hal terjalin dengan baik.
Bentuk gotong royong dalam mengaplikasikan dikehidupan sehari-hari yakni salah satunya Belale’an.
Tradisi Belale’an ini kental dilakukan terus menerus sampai era modern saat ini. Ini keunikan terendiri dari Suku Madura di Desa Wajok Hilir Dusun Palawija Kabupaten Mempawah Kalimantan Barat. Modal sosial yang tinggi menjadikan Suku Madura sebagai salah satu suku dengan 1000 Tradisi.
Gimana nggak? Suku Madura setiap seminggu sekali lebih dari lima kali akan melaksanakan tradisi sosial yang terus dilakukan hinggat saat ini.
Manfaat Tradisi Belale’an
Adanya tradisi Belale’an ini akan mengaktifkan dan memproduktifkan komunikasi antar individu yang satu dengan yang lainnya.
Apa iya tradisi Belale’an dapat meningkatkan rasa solidaritas sosial? Sudah pasti, iya. Tradisi Belale’an akan membentuk kerjasama yang baik. Kerjasama dalam kegiatan apapun dan aktifitas apapun.
Kepercayaan tentunya sangat dibutuhkan dalam kerjasama. Kepercayaan antar satu dengan yang lain terjadi secara alamiah. Misalnya, ketika mereka ngobrol apapun yang di obrolkan rasa saling percaya tersebut akan terjadi dengan sendirinya tanpa ada settingan.
Belale’an dilakukan tergantung dari siapa yang yang mau meminta bantuan. Hal ini dilakukan dengan bergiliran jika banyak yang mau meminta bantuan atau mengajak untuk melakukan aktifitas kerja dalam konteks seperti yang penulis sampaikan di atas.
Dusun palawija, salah satu dusun yang berada di Desa Wajok Hilir Kecamatan Jongkat, Kabupaten Mempawah. Menurut petuah Dusun Palawija, Madi (Dusun) mengatakan, “dinamakan Dusun Palawija ini sudah dari dulu dan diberikan nama oleh petuah-petuah Desa Wajok Hilir”.
Tak hanya itu saja, Desa Wajok Hilir memiliki Tujuh Dusun, yang semuanya dinamakan nama-nama tanaman, seperti Dusun Padi, Dusun Cokelat, Dusun Jeruk, Dusun Nanas, Dusun Kopi, Dusun Kelapa, Dusun Keladi. Tetapi, yang membuat beda dan paling berbeda, yakni Dusun Palawija.
Sejarah yang beredar dari cerita-cerita rakyat Wajok Hilir, dulunya Desa Wajok Hilir merupakan desa yang penuh dengan berbagai pendapatan dan hasil pertanian yang melimpah. Masing-masing dusun ini memiliki potensinya tersendiri sesuai dengan nama dusun yang ada.
Hal ini terus berlanjut dengan potensi hasil pertanian yang melimpah dan berjalan sampai saat ini. Seiring berjalannya waktu, hingga saat ini beberapa dusun mengalami pemerosotan hasil pertaniannya.
Banyak masyarakat yang mengeluhkan. Tergerusnya potensi hasil pertenian tersebut banyak pabrik-pabrik yang beridiri dan semakin kesini pula banyak bangunan-bangunan yang didirikan oleh masyarakat sekitar dan juga masyarakat dari luar daerah.
Sehingga, lahan-lahan yang sebelumnya jadi lahan pertanian, kini menjadi lahan bangunan-bangunan. Selain itu pula, perusahaan-perusahaan sawit pun semakin menyebar luas dan membeli lahan-lahan masyarakat sekitar.
Lalu apa keunikan dari Dusun Palawija? Keunikan Dusun Palawija, yakni potensi tanah yang subur memberikan kehidupan yang baik untuk kehidupan masyarakat sekitar.
Sesuai dengan namanya, tanaman apapun selama masih tumbuh di tanah Kalbar, tetap saja akan tumbuh di Dusun Palawija.
Yah, dengan keunikah tersebut, masyarakat Dusun Palawija pun hidup dengan hasil pertaniannya. Dimana, dusun palawija, setiap bulan puasa pasti menghasilkan hasil pertanian yang melimpah, seperti semangka yang bisa ratusan ton, blewa, keladi, dan berbagai macam hasil pertanian yang lainnya. Tak terkecuali Padi yang dikonsumsi sendiri oleh masryarakat.
Bukan hanya itu saja, sebagian masyarakat yang tidak memiliki lahan untuk bertani atau bercocok tanam, mereka akan diberikan oleh masyarakat yang memiliki lahan pertanian, baik hasilnya langsung atau disuruh numpang untuk bercocok tanam.
Hal ini terus terbentuk rasa saling membantu satu sama lain. Ini semua dihasilkan dari salah satu aktifitas kegiatan belale’an tadi.
Selamat membaca dan selamat menikmati narasi ini dengan gembira.